Mukjizat Isra’ Mi’raj
Oleh : Syihabuddin Alwy
Isra’ Mi’raj merupakan perjalanan yang dengannya Allah S.W.T
memuliyakan Rasulullah S.A.W. Isra’ sendiri merupakan perjalanan Rasulullah dari masjidil haram menuju
masjidil Aqsa. Sedang Mi’raj merupakan perjalanan setelah Isra’, yaitu
perjalanan menuju langit ke-7 yang mana itu termasuk kawasan yang tidak dapat
di jangkau ilmu mahluk. Malaikat, manusia, dan jin.
Ada perbedaan pendapat di kalangan ulama’ tentang penetapan waktu
terjadinya Isra’ Mi’raj. At-Thabâri mengemukakan bahwa Isra’ Mi’raj terjadi
tatkala Allah memulyakan Rasulullah dengan Nubuwah. Sedang menurut Ibnu Sa’d
dalam kitab Ath-Thabaqât Al-Kubra Isra’ Mi’raj terjadi pada 18 bulan
sebelum Hijriyah. Akan tetapi kedua pendapat ini di tolak dan di anggap lemah.
Seperti halnya pendapat yang pertama yang mengemukakan bahwa Isra’ Mi’raj
terjadi pada saat Nubuwah. Pendapat ini di tolak lantaran Khadijah Radhiyallahu
Anhu wafat pada bulan Ramadhan tahun
kesepuluh dari nubuwah. Sementara pada saat wafatnya belum ada kewajiban shalat
lima waktu. Hanya saja dalam kandungan surat Al-Isra’ menunukan bahwa Isra’
Mi’raj terjadi pada masa-masa akhir.
Jumhur Ulama’ berpendapat bahwa perjalana Isra’ Mi’raj merupakan
mukjizat terbesar yang menjadi bukti pemuliyaan Allah S.W.T terhadap Rasulullah
S.A.W. perjalanan Isra’ Mi’raj di tempuh beliau hanya dalam satu malam. Dengan
tubuh dan ruh beliau sekaligus. Dengan mengendarai Buraq, sejenis mahluk hidup
yang ukuran tubuhnya lebih besar dari keledai, tetapi lebih kecil di bandingkan
begal, dan tali kekang di letakkan di wajahnya.[1] Di
riwayatkan bahwa setelah rasulullah sampai di Masjidil Aqsa beliau mengerjakan
shalat dua rakaat. Setelah itu Rasulullah di Mi’rajkan ke Sidratul Muntah yang
berada di langit ketujuh.
Deri sepengal kisah di atas maka dapat kita ambil kesimpulan
bahwasanya Isra’ Mi’raj merupakan suatu Mukjizat yang sangat besar yang tidak
dapat di jangkau akal manusia. Karena bagaimana mungkin hanya dalam satu malam
bisa menempuh perjalan dari masjidil haram menuju masjidil Aqsa kemudian di
lanjutkan dari masjidil aqsa ke sidratul muntaha di langit ketujuh. Padahal
pada waktu itu untuk menuju masjidil aqsa di yarusalem membutuhkan 40 hari
dengan berjalan kaki. Dan tidak mungkin manusia bisa melakukan perjalanan naik
kelangit ketujuh yang mana malaikat dan jin tidak bisa menembusnya. Tetapi
Rasulullah bisa dengan mu’jizat Allah.
Jadi tidak pantas kita mempunyai suatu anggapan bahwa perjalanan
Isra’ Mi’raj Rasulullah tidak merupakan mukjizat. seperti halnya yang
dikemukakan oleh para orientalis semisal Gustaf Lobon, August Kundt, Hayun,
Goldziher. Dengan mengutip dalil dari Al-Qur’an yang berbunyi:
قُلْ إِنَّمَا الْآيَاتُ
عِنْدَ اللَّهِ
“ katakanlah,
sesungguhnya mu’jizat-mu’jizat itu hanya berada di sisi
Allah…”(QS.Al-An’âm:6:109)
Dari dalil
diatas para oreintalis memberi gambaran bahwa dalam sirah Rasulullah tidak ada
mukjizat dan tanda-tanda kekuasaan Allah. sementara mukjizat sendiri di
jadiakan Allah sebagai bukti penguat kebenaran para nabi-nya. Sesungguhnya inti
dari kesesatan mereka di sebabkan karena ketidak percayaan mereka terhadap Zat
yang menciptakan mukjizat itu. Jika mereka percaya kepada Allah Swt. Maka
pastilah mereka percaya kalau semua itu bersumber dari Allah.
Tetapi celakanya
pendapat para orientalis ini di benarkan oleh beberapa cendikiawan muslim.
Seperti Dr. Muhammad Abduh, Muhammad Farid Wajdi, dan Husain haikal. Sungguh
sebuah kerugian besar bagi dunia Islam. Ketika orang yang mengaku muslim
memiliki andil dalam penyebaran pemuikiran yang sesat para orientalis. Yang
sebebarnya pendapat tersebut muncul karena kedengkian dan kebencian mereka
dengan perkembangan keilmuan umat Islam. Dengan begini
para musuh umat Islam tidak lagi perlu mengangkat senjata untuk menghancurkan
Islam. Meraka hanya perlu menanamkan ideologi kafir dalam fikiran setiap
muslim.
para
orientalis sangat cerdik dalam menghancurkan umat Islam. Meraka tahu kalau umat
Islam tidak bisa di kalahkan dengan senjata. Melaikan dengan cara membuatnya
ragu dengan kitab sucinya. Akhirnya mereka membuat kajian tentang Al-Qur’an
yang tujuan meniupkan keraguan tentang kemukjizatn Al-Qur’an. dengan harapan akan
dapat pula meruntuhkan seluruh sumber ajaran Islam lainnya seperti as-Sunnah,
Ijma Sahabat, dan Qiyas. Itulah tujuan akhir mereka yang sangat keji. Mereka
juga berpendapat bahwa Al-Qur’an adalah hasil pemikiran Muhammad S.A.W. Tetapi pendapat
tersebut di bantah dengan ayat Al-Qur’an yang berbunyi:
وَإِنْ كُنْتُمْ
فِي رَيْبٍ مِمَّا نَزَّلْنَا عَلَى عَبْدِنَا فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِنْ مِثْلِهِ
وَادْعُوا شُهَدَاءَكُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
“ dan jika
kamu meragukan (Al-Qur’an)yang kami turunkan kepada hamba kami (Muhammad), maka
buatlah satu surah semisal dengannya dan ajaklah penolong-penolongmu selain
Allah, jika kamu orang-orang yang benar”
Dan masih
banyak lagi ayat Al-Qur’an yang mengecam pendapat tersebut. Bukti sejarah
sendiri menyatakan bahwa tidak ada satu mahluk pun di dunia ini yang bisa
menandingi Al-Qur’an. kita harus berhati-hati dengan pemikiran sesat para
orientalis. Dan kita jangan menerima mentah-mentah pemikiran sesorang sebelum
mengkajinya lebih dalam.
0 komentar:
Posting Komentar